Artinyacerdas. Nabi Muhammad SAW memiliki sifat cerdas. Rasulullah mampu menerjemahkan dan menjelaskan firman Allah SWT agar dapat diterima oleh kaumnya. Ini merupakan kecerdasan yang luar biasa. Dalam pengertian lain cerdas adalah mampu menyelesaikan masalah dengan cara efektif dan efisien. Disinilah seorang pemimpin harus solutif.
By Jumat, 05 Maret 2022 pukul 1038 am Terakhir diperbaharui Senin, 30 Agustus 2022 pukul 833 am Tautan Sifat Kebesaran Sang pencipta Disebutkan Secara Terperinci ini merupakan bagian dari pidato agama dan amatan Selam ilmiah nan disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, dalam pembahasan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Adapun Nama-Tera Tuhan dan Sifat-SifatNya. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 21 Rajab 1442 H / 5 Maret 2022 M. Kajian sebelumnya Sifat Tsubutiyah dan Sifat Salbiyah Kajian Adapun Rasam Kemuliaan Allah Disebutkan Secara Terperinci Rasam ketinggian Allah bila disebutkan satu persatu secara terperinci, itu semakin maujud dan tertumbuk pandangan kesempurnaan dan kemuliaan tersebut. Kita tidak mengatakan bertambah, karena izzah dan kesempurnaan Allah tidak bertambah. Keagungan dan kesempurnaan Allah merupakan sifat nan Dzatiyah bagi Almalik. Halikuljabbar Maha Mulia. Akan tetapi bila kita mengetahui satu resan ditambah kembali rasam kedua, ketiga, maka semakin nyata/terpandang dalam ilmu dan pengetahuan kita kesempurnaan dan kemuliaan Allah Tabaraka wa Ta’ala. Kalaupun kita tidak mencerna hal itu, Almalik taat mulia. Artinya pengetahuan/alamiah kita tentang kemuliaan Almalik tidak akan menambah kemuliaan Allah, tidak akan meninggi kebiasaan kebesaran Allah. Karena Halikuljabbar Dzat Yang Maha Mulia. Ketinggian tersebut bukan muncul disebabkan hambaNya memuji Sang pencipta, tak disebabkan hambaNya memaklumi kemuliaan itu. Karena kemuliaan itu merupakan sifat yang sayang menyertai dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka sifat-resan nan ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sekiranya kita cermati Al-Qur’anul Karim, kita akan mendapatkan sifat yang ditetapkan secara terperinci. Dan kita telah jelaskan sebelumnya bahwa setiap etiket Allah mengandung sifat, menunjukkan kepada sifat Allah Tabaraka wa Ta’ala. Karena Asmaul husna keunggulan yang terindah/terbaik. Karena namatersebut mengandung makna yang agung, mulia, teladan. Dan makna tersebut ialah sifat Allah Tabaraka wa Ta’ala. Maka tatkala Tuhan menyebutkan وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ “Halikuljabbar memiliki Asmaul husna,” berharga setiap nama mengandung sifat, sampai-sampai sewaktu-waktu makin dari satu sifat. Maka prinsip/prinsipnya adalah penetapan adat itu secara terperinci. Adapun rasam-adat nan ditiadakan/dinafikan oleh Allah yang dikenal dengan rasam salbiyah/manfiyah di kerumahtanggaan Al-Qur’an jumlahnya abnormal dan disebutkan secara mondial/tidak dirinci maka dari itu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini tentunya farik dengan konsep ahlul kalam dengan berbagai ragam sekte dan pemikiran mereka n domestik mematok sifat. Mereka menyelisihi 180°. Kalau metodologi Al-Qur’an adalah menetapkan secara terperinci sifat-aturan kemuliaan, ahlul zakar sebaliknya. Ahlul penis memperinci sifat yang dinafikan dan mengistilahkan secara global sifat yang ditetapkan, malar-malar mereka mengingkari hal itu dengan alasan bahwa jikalau ditetapkan rasam-sifat tersebut bermanfaat konsekuensinya adalah menyerupai manusia/menjerumuskan ke dalam penyerupaan, kata mereka. Sehingga mereka menganggap harus mensucikan Allah terbit tasybih dan tamsil dengan cara tidak menetapkan sifat tersebut atau ditakwil diselewengkan maknanya. Bila ditakwil tak dipahami secara tekstual/dzahir, maka secara otomatis berarti pengingkaran terhadap aturan-kebiasaan yang ditetapkan oleh Allah. Contohnya اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ izzah Allah di atas seluruh makhluknya di atas Arsy, ini diingkari oleh ahlul kalam dengan cara mentakwil. Mereka bertutur bahwa istawa bukan janjang, tapi istaula berkuasa. Tatkala ditakwil dengan makna berkuasa, secara otomatis sifat istiwa yang bermakna tahapan itu diingkari. Maka itu karena itu kita perhatikan Al-Qur’anul Dermawan terdapat estimasi. Sang pencipta Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tanda-jenama Sang pencipta yang mengandung sifat-kebiasaan kesempurnaanNya secara terperinci dalam jumlah yang banyak. Contohnya pada arsip Al-Hasyr ayat 22-24, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan secara bersamaan 16 nama. Tentunya 16 etiket tersebut mengandung 16 sifat terlebih lebih. Karena terkadang 1 logo mengandung kian berasal 1 sifat. هُوَ اللَّـهُ الَّذِي لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ۖ هُوَ الرَّحْمَـٰنُ الرَّحِيمُ ﴿٢٢﴾ هُوَ اللَّـهُ الَّذِي لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّـهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿٢٣﴾ هُوَ اللَّـهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿٢٤﴾ Bagaimana penjelasan lengkapnya? Ayo download dan simak mp3 amatan yang penuh arti ini. Download MP3 Kajian Podcast Play in new window Download Subscribe RSS Untuk mp3 amatan yang tidak silahkan kunjungi Mari turut membagikan link download analisis tentang “Rasam Kemuliaan Allah Disebutkan Secara Terperinci” yang munjung manfaat ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas kemujaraban Dia. Jazakumullahu Khairan. Dapatkan pengumuman terbit Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan amanat dari Rodja TV, melangkahi Facebook
Sifatkemuliaan Allah harus diteladani oleh manusia, dengan cara . A. Berusaha dengan sungguh-sungguh B. Memiliki keinginan yang kuat C. Mau berusaha payah D. Berusaha secara sempurna E. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT * 15. Dengan nama dan sifat Allah swt.

Tidak perlu bangga karena kita keturunan bangsawan, berdarah biru, keturunan orang sholih, mempunyai jabatan tinggi. Karena semua ini tidak otomatis membuat seorang mulia di sisi Allah, tanpa takwa dan amal Ketika Iblis mendapat perintah untuk sujud kepada Adam. Dia menolak serambi beralasan aku lebih mulia dari Adam. Katanya Adam tercipta dari tanah, sementara dia tercipta dari api. Buat apa saya sujud kepadanya, sementara saya tercipta dari zat yang lebih mulia. أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا“Iblis berkata, “Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?” QS. Al-Isra 61قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ ۖ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ“Iblis berkata “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” QS. Shod 76Akan tetapi.. apakah alasan Iblis ini kemudian mengangkat kedudukannya di sisi Allah? Sebagaimana apa yang dia sangkakan?! Ia tercipta dari api; bahan yang lebih mulia dari tanah?! Apakah alasan ini kemudian membuatnya lebih mulia di sisi Allah?! hanya karena beralasan, saya berasal dari api; zat yang lebih mulia?!Ternyata tidak…Justru karena alasan itu membuatnya menjadi makhluk yang paling hina. Meski ia tercipta dari zat yang lebih mulia dari penciptaan Adam. Karena tidak adanya kepatuhan kepada Allah azza wa jalla Sang Penciptanya. Maka tidak berguna di hadapan Allah, bila tidak ada lihat Malaikat…Karena sebab apa mereka menjadi makhluk yang mulia? Karena kepatuhan mereka kepada Allah dan amalan mereka yang senantiasa sejalan dengan ridho Allah; mereka tidak pernah melanggar larangan Allah. Disebabkan inilah mereka menjadi makhluk yang mulia di berfirman tentang Malaikat,لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ“Para malaikat itu tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” QS. At-Tahrim 6***27 Rabi’us Tsani 1436 HPenulis Ust. Ahmad AnshoriArtikel

Dearreader, Blog ini merupakan cerminan dinamika hidup, pemikiran, dan gejolak perasaan yang sifatnya pribadi, bukan untuk mengajari, menggurui, atau mendakwahi. Beberapa tulisan akan diperbarui sesuai dengan pemahaman terakhir dari penulis. Bila menemukan tulisan yang hilang, penulis berasumsi bahwa tulisan tersebut tidak pantas dibaca oleh siapapun, terutama menyangkut tafsir ayat.
Pertanyaan Jawaban Kemuliaan Allah adalah keindahan dari Roh Allah. Ini bukan keindahan buatan atau keindahan material, melainkan keindahan yang memancar dari karakter-Nya, bersumber penuh dari-Nya. Yak 110 menyebut orang kaya “kedudukannya yang rendah”, menunjukkan bahwa kemuliaan tidak berarti kekayaan atau kekuasaan atau keindahan material. Kemuliaan ini dapat memahkotai seseorang atau memenuhi dunia. Kemuliaan ini bisa terlihat dalam diri manusia dan dunia, namun bukan berasal dari keduanya; melainkan dari Allah. Kemuliaan manusia adalah keindahan yang berasal dari roh manusia, yang bisa saja salah dan cepat berlalu, dan karena itu dapat mempermalukan – seperti yang dinyatakan ayat itu kepada kita. Namun kemuliaan Allah, yang terwujud dalam semua atribut ilahi-Nya, tidak akan pernah berlalu. Kemuliaan-Nya itu bersifat kekal. Yes 437 mengatakan bahwa Allah menciptakan kita dalam kemuliaan-Nya. Dalam konteks di ayat lain, ini berarti manusia “memuliakan” Allah karena melalui manusia kemuliaan Allah dapat terlihat dalam segala hal seperti kasih, musik, kepahlawanan, dan sebagainya – hal-hal yang berasal dari Allah yang kita bawa “dalam bejana tanah liat” 2 Kor 47. Kita adalah bejana yang “mengandung” kemuliaan-Nya. Segala hal dapat kita lakukan dan kita temukan dalam Dia. Allah berinteraksi dengan alam dengan cara yang sama. Alam menunjukkan kemuliaan-Nya. Kemuliaan-Nya ini tampak dalam pikiran manusia di dunia dalam berbagai cara, dan seringkali dengan cara berbeda-beda bagi setiap orang. Seseorang dapat merasa senang dengan melihat pegunungan, sementara seseorang yang lain dapat menyukai keindahan lautan. Namun di balik semuanya itu kemuliaan Allah berbicara pada setiap manusia dan menghubungkannya dengan Allah. Melalui cara ini, Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia; tidak peduli apa ras, budaya, atau lokasi mereka. Seperti Maz 191-4 mengatakan, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.” Maz 7324 menyebut surga sebagai “kemuliaan”. Itu sebabnya kita sering mendengar orang Kristen menyebut orang yang telah meninggal sebagai ciptaan “yang diangkat dalam kemuliaan,” meminjam ungkapan dari kitab Mazmur. Ketika orang Kristen meninggal, ia akan diangkat ke hadirat Allah, dan dalam hadirat Allah ia akan dilingkupi oleh kemuliaan Allah. Ia akan diangkat ke tempat di mana kemuliaan Allah benar-benar tinggal – keindahan Roh Kudus akan tinggal di sana karena Ia akan berada di sana. Lagi-lagi, keindahan Roh Kudus atau esensi Allah adalah “kemuliaan”-Nya. Di tempat tersebut, kemuliaan-Nya tidak perlu datang melalui manusia atau alam, melainkan terlihat secara jelas, seperti disebutkan dalam 1 Kor 1312, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.” Dalam pandangan duniawi, kemuliaan ialah keindaha yang bertumpu pada hal material dari dunia Maz 3720, Maz 4917. Dalam pandangan tersebut, kemuliaan pasti akan lenyap. Alasan kemuliaan itu lenyap dikarenakan hal yang terkait materi tidak bersifat kekal. Setiap benda akan menjadi kering dan layu, namun kemuliaan yang melekat padanya tetap merupakan milik Allah, dan akan kembali kepada-Nya ketika kematian menjemput benda tersebut. Pikirkan tentang orang kaya yang sebelumnya dibahas. Ayat tersebut menyatakan, “orang kaya karena kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput.” Apa maksud hal tersebut? Ayat ini menegur orang kaya untuk menyadari bahwa kekayaan, kekuasaan, dan keindahannya berasal dari Allah, maka ia harus rendah hati dengan menyadari bahwa Allah sendiri yang menjadikannya demikian, dan memberikan segala hal yang dimilikinya saat ini. Dengan mengetahui bahwa ia akan mati seperti rumput, maka ia seharusnya sadar bahwa Allah sendiri yang memberikannya kemuliaan itu. Kemuliaan Allah adalah sumber, mata air tempat segala kemuliaan terkecil berasal. Karena Allah adalah sumber kemuliaan, Ia tidak akan mengizinkan adanya anggapan bahwa kemuliaan bisa datang dari manusia, ciptaan manusia, ataupun dari alam semesta. Dalam Yes 428, kita dapat melihat kecemburuan Allah mengenai kemuliaan-Nya. Kecemburuan mengenai kemuliaan-Nya datang ketika Paulus berbicara dalam Rom 121-25 ketika ia menjelaskan mengenai cara umat menyembah ciptaan mereka ketimbang menyembah Sang Pencipta. Dengan kata lain, mereka lebih melihat obyek dimana kemuliaan Allah terwujud, ketimbang memuliakan Allah karena hal itu. Mereka malah menyembah binatang atau pohon atau manusia lain karena keindahan yang berasal dari benda tersebut. Ini adalah inti penyembahan berhala yang sangat umum ditemukan. Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan ini. Kita telah “menukar” kemuliaan Allah dengan “kemuliaan manusia.” Ini kesalahan yang terus-menerus dilakukan umat manusia percaya kepada hal duniawi, hubungan yang duniawi, kekuatan atau talenta atau keindahan yang berasal daripadanya, ataupun bersandar kepada kebaikan yang mereka lihat pada manusia lain. Namun, ketika hal-hal tersebut hilang dan gagal memenuhi tujuannya, orang-orang menjadi putus asa. Apa yang kita perlukan ialah menyadari bahwa Allah itu tak berubah. Dalam kehidupan, kita akan menyadari bahwa hal itu terwujud di sini dan di manapun, di dalam diri seseorang, di hutan, ataupun melalui kisah kasih atau kepahlawanan, fiksi atau non-fiksi, ataupun kehidupan pribadi kita. Namun, pada akhirnya hal itu akan kembali kepada Allah. Satu-satunya cara untuk bisa sampai kepada Allah hanyalah melalui anak-Nya, Yesus Kristus. Kita akan menemukan sumber dari segala keindahan dalam diri-Nya, di surga, jika kita tinggal di dalam Kristus. Tidak ada yang akan hilang dari diri kita. Setiap hal yang lenyap dalam kehidupan ini akan kita temukan kembali di dalam Dia. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apakah yang dimaksud dengan kemuliaan Allah itu?
c Menanamkan sifat pemurah dalam diri kita. Allah swt sangat mencintai orang yang bersifat pemurah dan Dia membenci orang yang bersifat kikir. d) Menumbuhkan rasa cinta yang dalam pada diri kita terhadap orang lain secara tulus. Allah sangat mencintai kepada hamba-hamba-Nya dengan memberi kasih sayang yang melimpah. By Jumat, 05 Maret 2021 pukul 1038 amTerakhir diperbaharui Senin, 30 Agustus 2021 pukul 833 amTautan Sifat Kemuliaan Allah Disebutkan Secara Terperinci ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, dalam pembahasan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Tentang Nama-Nama Allah dan Sifat-SifatNya. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 21 Rajab 1442 H / 5 Maret 2021 M. Kajian sebelumnya Sifat Tsubutiyah dan Sifat Salbiyah Kajian Tentang Sifat Kemuliaan Allah Disebutkan Secara Terperinci Sifat kemuliaan Allah bila disebutkan satu persatu secara terperinci, itu semakin nyata dan tampak kesempurnaan dan kemuliaan tersebut. Kita tidak mengatakan bertambah, karena kemuliaan dan kesempurnaan Allah tidak bertambah. Kemuliaan dan kesempurnaan Allah merupakan sifat yang Dzatiyah bagi Allah. Allah Maha Mulia. Akan tetapi bila kita mengetahui satu sifat ditambah lagi sifat kedua, ketiga, maka semakin nyata/tampak dalam ilmu dan pengetahuan kita kesempurnaan dan kemuliaan Allah Tabaraka wa Ta’ala. Kalaupun kita tidak mengetahui hal itu, Allah tetap mulia. Artinya pengetahuan/keilmuan kita tentang kemuliaan Allah tidak akan menambah kemuliaan Allah, tidak akan menambah sifat keagungan Allah. Karena Allah Dzat Yang Maha Mulia. Kemuliaan tersebut bukan muncul disebabkan hambaNya memuji Allah, bukan disebabkan hambaNya mengetahui kemuliaan itu. Karena kemuliaan itu merupakan sifat yang selalu menyertai dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka sifat-sifat yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kalau kita cermati Al-Qur’anul Karim, kita akan mendapatkan sifat yang ditetapkan secara terperinci. Dan kita telah jelaskan sebelumnya bahwa setiap nama Allah mengandung sifat, menunjukkan kepada sifat Allah Tabaraka wa Ta’ala. Karena Asmaul husna nama yang terindah/terbaik. Karena nama tersebut mengandung makna yang agung, mulia, sempurna. Dan makna tersebut adalah sifat Allah Tabaraka wa Ta’ala. Maka tatkala Allah menyebutkan وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ “Allah memiliki Asmaul husna,” berarti setiap nama mengandung sifat, bahkan terkadang lebih dari satu sifat. Maka kaidah/prinsipnya adalah penetapan sifat itu secara terperinci. Adapun sifat-sifat yang ditiadakan/dinafikan oleh Allah yang dikenal dengan sifat salbiyah/manfiyah di dalam Al-Qur’an jumlahnya sedikit dan disebutkan secara global/tidak dirinci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini tentunya berbeda dengan konsep ahlul kalam dengan berbagai sekte dan pemikiran mereka dalam menetapkan sifat. Mereka menyelisihi 180°. Kalau metodologi Al-Qur’an adalah menetapkan secara terperinci sifat-sifat kemuliaan, ahlul kalam sebaliknya. Ahlul kalam memperinci sifat yang dinafikan dan menyebutkan secara global sifat yang ditetapkan, bahkan mereka mengingkari hal itu dengan alasan bahwa kalau ditetapkan sifat-sifat tersebut berarti konsekuensinya adalah menyerupai makhluk/menjerumuskan ke dalam penyerupaan, kata mereka. Sehingga mereka menganggap harus mensucikan Allah dari tasybih dan tamsil dengan cara tidak menetapkan sifat tersebut atau ditakwil diselewengkan maknanya. Bila ditakwil tidak dipahami secara tekstual/dzahir, maka secara otomatis berarti pengingkaran terhadap sifat-sifat yang ditetapkan oleh Allah. Contohnya اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ ketinggian Allah di atas seluruh makhluknya di atas Arsy, ini diingkari oleh ahlul kalam dengan cara mentakwil. Mereka berkata bahwa istawa bukan tinggi, tapi istaula berkuasa. Tatkala ditakwil dengan makna berkuasa, secara otomatis sifat istiwa yang bermakna tinggi itu diingkari. Oleh karena itu kita perhatikan Al-Qur’anul Karim terdapat perincian. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan nama-nama Allah yang mengandung sifat-sifat kesempurnaanNya secara terperinci dalam jumlah yang banyak. Contohnya pada surat Al-Hasyr ayat 22-24, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan secara bersamaan 16 nama. Tentunya 16 nama tersebut mengandung 16 sifat bahkan lebih. Karena terkadang 1 nama mengandung lebih dari 1 sifat. هُوَ اللَّـهُ الَّذِي لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ۖ هُوَ الرَّحْمَـٰنُ الرَّحِيمُ ﴿٢٢﴾ هُوَ اللَّـهُ الَّذِي لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّـهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿٢٣﴾ هُوَ اللَّـهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿٢٤﴾ Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini. Download MP3 Kajian Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Untuk mp3 kajian yang lain silahkan kunjungi Mari turut membagikan link download kajian tentang “Sifat Kemuliaan Allah Disebutkan Secara Terperinci” yang penuh manfaat ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda. Jazakumullahu Khairan. Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui Facebook EmpatSifat Nabi. Tidaklah seorang manusia menerima risalah kenabian, melainkan dia memiliki keempat sifat itu dengan sempurna. Empat sifat yang amat dahsyat, tumbuh dan hidup dalam setiap sikap dan tindakan para nabi. Memang masa kenabian telah berakhir, dengan diutusnya nabi terakhir yang sekaligus nabi paling agung, Nabi Muhammad Saw. Berikutini 20 sifat mustahil Allah SWT yang perlu Grameds karhui beserta arti dan maknanya: 1. Adam. Adam dalam bahasa Arab artinya tidak ada. Sifat mustahil adam berarti Allah SWT tidak mungkin tidak ada dalam konsep kehidupan karena dialah sang pencipta alam semesta beserta isinya. g5Ri06.
  • s9ceof57zb.pages.dev/351
  • s9ceof57zb.pages.dev/130
  • s9ceof57zb.pages.dev/43
  • s9ceof57zb.pages.dev/263
  • s9ceof57zb.pages.dev/340
  • s9ceof57zb.pages.dev/32
  • s9ceof57zb.pages.dev/33
  • s9ceof57zb.pages.dev/110
  • s9ceof57zb.pages.dev/365
  • sifat kemuliaan allah harus diteladani oleh manusia dengan cara