Jakarta - Masih banyak masyarakat atau pelaku usaha mikro yang terjerat jebakan rentenir. Hal ini seharusnya bisa menjadi kesempatan bagi Bank Perkreditan Rakyat BPR untuk mengembangkan bisnis dan usaha. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan LPS Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan, masyarakat atau pelaku usaha mikro ini yang suka meminjam uang di rentenir ini sebenarnya pasar yang besar bagi BPR. Dedolarisasi Bukan Isu Baru, Kenyataannya Dolar AS Memang Terlalu Kuat LPS Pertahankan Tingkat Bunga Penjaminan 4,25 Persen Soal Gagal Bayar Utang AS, Kepala LPS Kita Lebih Pintar Sedikit daripada Amerika "Kita lihat rentenir masih menguasai ekonomi Indonesia, masih banyak sekali. Artinya selama itu rentenir ada, maka BPR masih akan dibutuhkan," ucapnya kepada awak media dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat 26/5/2023. Selain itu, Data Otoritas Jasa Keuangan OJK juga mencatatkan tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat di Indonesia masih perlu untuk didorong lebih tinggi. Menurutnya, ini menjadi peluang emas bagi usaha BPR untuk terus berkembang dengan terus mengedukasi masyarakat agar mengakses pinjaman melalui lembaga keuangan yang terpercaya dan berizin. "Jadi, mereka BPR kalau mau mengajari masyarakat kelas bawah yang membutuhkan dengan tekun lebih, di mana literasi masih rendah. Ruang pertumbuhan BPR mereka masih cukup besar," ungkapnya. Terkait fenomena maraknya unit BPR yang mengalami kebangkrutan, dinilai akibat ketidakmampuan pengelolaan bisnis. Antara lain ketidaktepatan dalam melakukan perhitungan hingga tidak menjalankan bisnis secara pruden berhati-hati. "Jadi, kalau mereka menjalankan bisnisnya secara pruden dan hati-hati harusnya peluang mereka untuk tetap tumbuh dengan pesat masih terbuka besar. Apalagi kalau kita lihat inklusi keuangan masih pada level yang bsia ditingkatkan lagi," jelasnya. Mau Naik Kelas, Digitalisasi BPR Masih Terganjal MindsetIlustrasi bank Sumber IstockphotoSebelumnya, Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia Perbarindo terus berupaya untuk melakukan digitalisasi pada Bank Perkreditan Rakyat BPR, yang kini telah berganti nama jadi Bank Perekonomian Rakyat BPR dan Bank Perekonomian Rakyat Syariah BPRS. Ketua Umum Perbarindo Tedy Alamsyah menjelaskan, tantangan mendasar yang dihadapi oleh industri BPR dan BPRS tatkala berkeinginan menerapkan digitalisasi, dimulai dari pola pikir mind set. Pasalnya, keterbatasan yang dimiliki yaitu keterbatasan modal, infrastruktur dan SDM yang belum memiliki pengetahuan yang memadai. "Pola pikir ini yang akhirnya membelenggu dan mempengaruhi upaya transformasi digital. Untuk itu, forum seperti ini bagi Perbarindo sangat penting dan strategis guna meningkatkan kapabilitas serta kompetensi SDM BPR dan BPRS, pada akhirnya akan meningkatkan daya saing industri," ujar Tedy dalam sesi seminar nasional di Jakarta, Selasa 11/4/2023. Menurut dia, industri BPR dan BPRS harus mampu memenuhi preferensi nasabah terhadap layanan perbankan ke depan. Layanan yang lebih mengutamakan kecepatan, kemudahan, keamanan dan dapat bertransaksi tanpa dibatasi ruang serta waktu, tentu menjadi harapan bagi BPR dan BPRS untuk mewujudkannya. “Kami sadari, kebutuhan masyarakat semakin berkembang, di sisi lain kami juga terus berupaya mencari solusi yang efektif, efisien, dan aman dalam penyediaan teknologi bagi BPR, BPRS. Salah satu upayanya yaitu menjalin sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Tentunya dengan model bisnis yang saling melengkapi, menguntungkan dan mendorong tumbuh bersama. Sehingga dampak akhirnya, masyarakat yang dilayani lebih mudah, cepat, dan aman," ungkapnya. Upaya memenuhi kebutuhan konsumen membutuhkan penguatan pengelolaan terhadap data, model bisnis, regulasi, dan teknologi. Tedy menilai, keempat bidang terpenting ini tidak memungkinkan untuk dikuasai dalam jangka waktu yang singkat. Peningkatan Daya SaingSementara peningkatan daya saing sangat mendesak untuk dilakukan agar tidak kehilangan momentum. Untuk itu, upaya mentransformasi BPR dan BPRS tidaklah dapat dilakukan secara optimal tanpa melibatkan semua aspek yang saling mendukung satu dengan lainnya. Aspek-aspek yang dimaksud antara lain, peningkatan kapasitas SDM, pengembangan produk dan layanan, perbaikan tata kelola, manajemen risiko, pemenuhan ketentuan, penyempurnaan infrastruktur teknologi informasi, dan sistem informasi manajemen. Dalam upaya penguatan SDM, khususnya peningkatan kapasitas dan kompetensi digital SDM memang telah menjadi agenda besar Perbarindo. "Perbarindo memang berkomitmen untuk terus berupaya membawa BPR dan BPRS naik kelas, sesuai yang telah tercantum dalam Program Kerja Perbarindo Tahun 2022-2026. Program tersebut antara lain dalam pengembangan digitalisasi BPR yaitu BPR e-Cash dan pengembangan core banking system CBS melalui kerja sama dengan pihak ketiga," sebutnya "Pengembangan SDM juga diperkuat dengan menuntaskan penyusunan modul untuk sertifikasi staf supervisor dan pelaksana. Sehingga akan mempermudah BPR dan BPRS untuk meningkatkan kompetensi, pengetahuan, dan wawasan," pungkas Tedy. Infografis Persaingan Ketat, Ekosistem Bank Digital Harus Kuat Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jakarta Salah satu tantangan utama bagi pengembangan usaha mikro di Indonesia adalah akses permodalan. Saat ini, meski koperasi sudah sangat menjamur, tapi keberadaannya belum dapat menjadi solusi permodalan bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang akhirnya mencari permodalan ke rentenir. Direktur Pembiayaan dan Kerjasama, Pusat Investasi Pemerintah PIP Kementerian Keuangan Nur Hidayat mengatakan hingga kini belum banyak koperasi yang menawarkan pinjaman dalam skala kecil bagi pelaku usaha mikro. Lewat Mekaar, PNM Jauhkan UKM dari Jeratan Rentenir Menteri ATR Gadai Sertifikat Tanah biar Masyarakat Bebas dari Rentenir OJK Ingin Bank Wakaf Mikro Putus Mata Rantai Rentenir di Desa "Dengan portofolio kecil-kecil butuh keahlian sendiri. Ada koperasi syariah, tapi kita lihat portofolio kecil-kecil untuk membiayai mbok-mbok pelaku usaha mikro sedikit sekali. Portofolionya besar-besar 50 juta, 100 juta. Jadi dia tidak punya keahlian itu," kata dia di, Jakarta, Kamis 30/8/2018. Inilah yang menjadi penyebab masih banyaknya pelaku usaha mikro di Indonesia yang lebih memilih menarik pinjaman untuk modal usaha dari rentenir. "Kita turun, tanyakan, 75 persen responden katakan, mereka katakan meminjam ke Rentenir. Koperasi masih sangat sedikit," jelas dia. Dia mengatakan, meskipun praktik rentenir harus dilawan, tapi ada beberapa hal positif yang seharusnya dapat pelajari oleh lembaga penyalur modal, terutama terkait akses dan kemudahan memperoleh pinjaman. "Rentenir itu enggak pakai jaminan bapak ibu. Kalau dia pelaku usaha minta pembiayaan, minta sekarang, kasih sekarang. Nggak usah isi formulir, nggak usah di-survey, tapi lancar. NPL-nya nol koma. Kalau ada koperasi yang bisa begini, PIP akan hadir," tegas dia. Reporter Wilfridus Setu Umbu Sumber * Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini Tonton Video IniHal itu dilakukan karena dirinya terlilit hutang dua juta rupiah pada rentenir Lewat Mekaar, PNM Jauhkan UKM dari Jeratan RentenirMenteri BUMN Rini Soemarno berkesempatan menyapa langsung ratusan nasabah program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera Mekaar di Tasikmalaya. Foto Dok Kementerian BUMNKementerian BUMN melalui PT Permodalan Nasional Persero atau PNM sedang gencar mengajak tumbuhnya perekonomian mikro. Salah satu program andalan mereka adalah Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera Mekaar. Mekaar menyasar para perempuan berdedikasi tinggi dari keluarga pra-sejahtera yang ingin berbisnis. Tujuannya agar para perempuan bisa menunjang perekonomian diri dan keluarga sembari dibimbing oleh pemerintah. Pada pertemuan mingguan anggota Mekaar dari desa Pakemtegal dan Pakemgede, para ibu-ibu tampak serius menyimak laporan fiskal Mekaar daerah mereka. Namun, rasa kehangatan dan semangat camaraderie muncul kala mereka bertukar kabar mengenai bisnis. Pertemuan pada Kamis 9/8/2018 diadakan di rumah Santi Maryuni 41, peserta Mekaar asal desa Pakemtegal, Yogyakarta, yang memiliki bisnis makanan. "Makanan, katering yang kecil-kecilan. Awalnya dapat modal Rp 1 juta, sekarang modal Rp 2,5 juta," kata Santi. Ia bercerita, awalnya ikut menjadi anggota Mekaar karena diajak dan mereka ikut 'sekolah' pembinaan bersama Mekaar. "Saling mengajak satu sama lain. Ada perkumpulan dari PNM Mekaar. Caranya dijelasin, terus kita sekolah, diajarin janji, dan syaratnya," ucapnya. Suci Kesmiati 43, ketua Mekaar dari desa Pakemgede, menyebut mendapatkan modal dari Mekaar tidaklah sulit. Asalkan, calon anggota memiliki perencanaan dan potensi bisnis yang baik. Namun, pemeriksaan pada latar belakang calon nasabah tidak sebatas dalam bisnis semata, tetapi turut dicari tahu juga apakah orang tersebut pernah bermasalah di perkumpulan permodalan lain. "Kalau yang bermasalah dimasukin ke sini juga takutnya malah seperti itu. Kita ngambilnya yang rajin-rajin," jelas Suci yang memiliki bisnis gas. Ia pun berharap para wanita yang ikut Mekaar dapat konsekuen atas keanggotaan mereka. Di cabang Mekaar yang diikuti Suci, angsuran pertama bisa senilai Rp 2 juta dan angsurannya Rp 50 ribu setiap minggu. Ia menjelaskan, kebanyakan ibu-ibu di daerah Pakemtegal membuka bisnis makanan dan sayuran dan Pakemgede lebih variatif, seperti bisnis pakaian. Perempuan yang baru ingin membuka usaha tapi belum punya modal juga didorong meminjam ke Mekaar. Yang mengikuti program ini tidak harus bisnis yang sudah eksisting, melainkan tersedia bagi mereka yang sudah memiliki rencana. "Modal pertama boleh. Adik saya kemarin baru mau buka usaha, lalu saya ajukan. Makanya kemarin dia mau usaha pakaian, lalu saya ajuin, langsung boleh" ucap Suci yang menambahkan bahwa para peserta baru akan wajib melalui pelatihan terlebih dahulu.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
pinjamanrentenir jakarta barat. Inilah informasi lengkap tentang pinjaman rentenir jakarta barat dan layanan peminjaman dana dan kredit uang tunai untuk kebutuhan pribadi atau bisnis dengan proses cepat dan persyaratan yang mudah untuk Anda. Inilah pinjaman dana koperasi di Kembangan Barat - Kembangan - Jakarta Barat, pinjaman danaREPUBLIKACO.ID, JAKARTA -- Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, kehadiran perusahaan induk (holding) BUMN ultramikro dapat melepaskan pelaku usaha sektor tersebut dari jeratan rentenir. "Holding BUMN ultramikro dapat menjadi disrupsi bagi para rentenir. BVbQUqz.